rtikel ini berisi tentang klub sepak bola di Manchester. Untuk kota itu sendiri, lihat
Manchester.
Manchester City Football Club (dikenal pula sebagai
Man City atau
The Citizens) adalah sebuah klub
sepak bola profesional dari
Inggris yang bermain di
Liga Premier Inggris. Klub ini adalah klub sekota dengan
Manchester United dan bermarkas di Stadion
Etihad,
Manchester.
Pertandingan pertama dimainkan pada bulan November 1880. Pada waktu itu masih bernama
St Mark's (West Gorton). Pada tahun 1887 berubah nama menjadi
Ardwick A.F.C, dan pada tahun 1894 menjadi
Manchester City F.C.
City telah memenangi
Liga Inggris sebanyak 3 kali,
Piala FA 4 kali,
Piala Liga Inggris 2 kali, dan
Piala Winners Eropa 1 kali. Periode tersukses klub ini terjadi pada era akhir tahun
1960-an dan awal
1970-an. Pada saat itu City di bawah asuhan manager
Joe Mercer dengan asistennya
Malcolm Allison dan beberapa pemain seperti
Colin Bell,
Mike Summerbee dan
Francis Lee.
Mulai tahun
1980-an City mengalami masa penuh gejolak penurunan yang berpuncak pada degradasi ke tingkat ketiga
sistem liga sepak bola Inggris pada tahun 1998 untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka. Pada waktu era
Liga Primer Inggris
pertama kali dibentuk tahun 1992, City adalah salah satu pendirinya.
Tetapi prestasi klub tidak kunjung membaik, bahkan City harus
terdegradasi kembali ke tingkat kedua hingga 2 kali, sementara di ajang
Piala FA sejak bergulirnya Liga Primer Inggris, prestasi terbaik City hanya sampai pada perempat-final.
Setelah mengakhiri liga di musim 2006-07 pada posisi empatbelas,
musim berikutnya prestasi klub mulai merangkak naik. Pertengahan tahun
2007 klub resmi menjadi milik milyarder
Thailand yang ambisius, yang juga adalah mantan
Perdana Menteri Thailand,
Thaksin Shinawatra. Tapi kepemilikan Thaksin tidak berlangsung lama. Karena dituduh kasus korupsi di negeranya, akhirnya pada
September 2008 Thaksin menjual kepemilikan klub kepada pengusaha yang juga anggota keluarga kerajaan
Abu Dhabi,
Uni Emirat Arab yaitu
Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan.
Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan
kemudian menghabiskan ratusan jutaan poundsterling untuk membeli pemain
kelas atas agar klub menjadi kompetitif. Sukses menyusul pada tahun
2011, Manchester City lolos ke
Liga Champions UEFA dan memenangkan
Piala FA. Keberhasilan ini mencapai puncaknya dengan menjuarai
Liga Premier Inggris 2011-12.
Sejarah
Sejarah berdirinya Manchester City Football Club, tidak terlepas dari peran seorang wanita. Pada November 1865,
Arthur Connell diangkat sebagai Kepala
Gereja St.Mark's di
West Gorton, sebuah distrik di
timur Manchester,
Inggris. Putrinya
Anna Connell (1855-1924)[ket 1][3] berinisiatif dan memutuskan untuk membentuk sebuah asosiasi yang mendorong para pemuda paroki untuk berolahraga.
[4]
Saat itu tingkat kejahatan dan pengangguran sangat tinggi. Mereka
percaya bahwa olahraga dapat menyatukan dan mengurangi kejahatan di
timur Manchester.
Tahun
1868 sudah terbentuk Tim
Kriket Gereja St.Mark's dan mulai tahun
1875 tim
kriket mulai menambahkan permainan
sepakbola yang pada waktu itu mulai populer.
Akhirnya pada tahun
1880
para pemain kriket membentuk tim sepak bola dengan nama St.Marks (West
Gordon) dibawah bimbingan William Beastow dan Anna Connell (diyakini
sebagai satu-satunya wanita telah mendirikan sebuah klub sepak bola
profesional di Inggris).
Tahun 1887 mereka pindah ke markas yang baru di
Hyde Road,
Ardwick.
Nama klub pun berubah menjadi Ardwick A.F.C. untuk menyesuaikan dengan
letaknya yang baru. Ardwick mulai ikut berkompetisi di divisi 2 Football
League tahun 1892. Setahun kemudian, musim 1893-94, masalah keuangan
membelit klub dan setelah direorganisasi ulang akhirnya mereka berganti
nama lagi menjadi
Manchester City Football Club.
Masa Pembentukan (1875-1894)
St.Mark's (1880-1887)
Anggota Gereja St.Marks dari Inggris, West Gorton, Manchester,
mendirikan klub sepak bola yang sekarang dikenal sebagai Manchester
City, untuk tujuan kemanusiaan. Mereka, berusaha untuk mengekang
kekerasan geng lokal dan alkoholisme dengan membentuk kegiatan baru
untuk pria lokal, sementara pengangguran yang tinggi juga melanda Timur
Manchester, khususnya Gorton.
Semua orang dapat mengikutinya, tanpa memandang agama, yang pada
abad ke-19 sangat sensitif. Anna Connell secara pribadi mengunjungi setiap rumah di
paroki tersebut untuk menarik minat dan keterlibatan, mengundang baik
Protestan dan
Katolik untuk mengambil bagian dalam kegiatan baru tersebut.
[5]
Sebuah klub
kriket gereja sudah dibentuk sebelumnya pada tahun
1868.
Anna menyampaikan saran kepada pegawai Gereja, William Beastow. Dia
menduga bahwa rutinitas sehari-hari laki-laki akan lebih baik bila
disalurkan melalui permainan kolektif yang dikelola gereja, melalui
permainan olahraga baru, yang semakin populer di akhir
abad ke-19 yang disebut dengan '
sepak bola'.
Untuk mewujudkan hal tersebut dan sebagai bagian dari keinginan Anna
Connell untuk menyembuhkan penyakit sosial, sipir gereja William Beastow
dan Thomas Goodbehere memulai menbentuk tim
sepak bola geraja yang disebut
St.Mark's (West Gorton), kadang dituliskan
West Gorton (St.Mark's) pada musim dingin tahun
1880.
[6] Anna Connell dikenal sebagai satu-satunya wanita yang membentukan klub sepakbola utama Inggris.
Pertandingan pertama tim tercatat terjadi pada
13 November 1880,
melawan tim gereja dari Macclesfield. St.Mark's mengenakan kemeja hitam
dengan celana pendek putih. St Marks kalah dalam pertandingan 2-1, dan
hanya memenangkan satu pertandingan selama musim perdana mereka di
1880-81, dengan kemenangan atas Stalybridge Clarence Maret 1881.
[7]
Pada tahun 1884, klub bergabung dengan klub lain, yaitu
Gorton Athletic. Tetapi
merger tersebut hanya berlangsung beberapa bulan sebelum klub dibagi lagi. St Mark's menamakan diri mereka dengan
Gorton A.F.C sementara Gorton Athletic berubah menjadi
West Gorton Athletic.
[8]
Dengan perubahan nama ini, tim secara bertahap kehilangan sentuhan awal
agama mereka, dan nama St.Mark's perlahan memudar, dengan klub sering
menempatkan St.Mark's dalam tanda kurung.
Ardwick A.F.C. (1887-1894)
Pada tahun 1887, Gorton A.F.C. berubah status menjadi profesional dan pindah ke tempat baru di
Hyde Road Ardwick, dan mengganti namanya menjadi
Ardwick AFC
untuk mencerminkan lokasi baru di timur kota. Pertandingan pertama
mereka di Hyde Road pada 10 September 1887 direncanakan untuk melawan
Salford AFC sebagai "grand opening" stadion baru. Tetapi pertandingan
tidak jadi dilaksanakan karena Salford AFC tidak dapat bertanding.
[9]
Pada tahun 1889 terjadi bencana ledakan tambang batubara dekat Hyde Road yang menyebabkan kematian 23 penambang.
Ardwick dan
Newton Heath, yang keduanya kemudian menjadi
Manchester City dan
Manchester United, mengadakan pertandingan persahabatan di bawah lampu sorot, dalam rangka menghimpun dana bantuan bencana.
Pada tahun 1885 diadakan Piala Manchester (
bahasa Inggris:
Manchester Cup)
untuk pertama kalinya. Ardwick AFC menjadi lebih dikenal luas pada
tahun 1891, setelah menjuarai Manchester Cup untuk pertama kalinya,
mengalahkan Newton Heath 1–0 di final.
[10]
Keberhasilan ini berpengaruh terhadap keputusan
Football Alliance untuk menerima Ardwick sebagai anggota untuk musim 1891-1892. Pada saat
Football Alliance bergabung dengan
Football League pada tahun 1892, Ardwick AFC menjadi sebagai salah satu anggota pendiri Divisi Dua.
Masalah keuangan di musim 1893-1894 menyebabkan reorganisasi dalam
klub, dan Ardwick berubah menjadi Manchester City, dengan nama resmi
Manchester City Football Club Company Limited dan menjadi perusahaan yang terdaftar pada tanggal
16 April 1894.
Masa awal Manchester City F.C (1894-1928)
Masa Perkembangan (1894-1898)
Billy Meredith "The Welsh Wizard" pemain kunci City diawal pembentukan
Mulai tahun 1894 klub ditata ulang oleh manajemen. Manajer
Yosua Parlby merekrut
Billy Meredith
yang berusia 19 tahun dari Northwich Victoria. "The Welsh Wizard"
tersebut sangat hebat karena mempunyai telenta yang tinggi dan masa
depan yang bagus. Billy bermain untuk tim nasional
Wales
dan menang pertama kali pada tahun 1895. Namun, ia terus bekerja di
bawah tanah sebagai penambang selama seminggu sampai 1896, ketika
Manchester City akhirnya bersikeras bahwa dia harus melepaskan pekerjaan
tambang batu bara nya.
Klub ini berkembang dengan pesat dan pada tahun 1895, dan sudah
menarik lebih dari 20.000 orang sebagai pendukung. Para pendukung
Manchester City waktu itu dikenal sebagai penggemar riang klub mereka,
sering menyalurkan antusiasme mereka dan menciptakan suasana yang ramai
di Hyde Road, dengan terompet. Kadang-kadang sesekali mereka memakai
pakaian yang mewah.
Manchester City saat menjuarai Piala FA 1904
Pada tahun 1899, klub menjuarai Divisi II dan berhak promosi untuk pertama kalinya ke tingkat tertinggi dalam sepak bola liga
Inggris saat itu, Divisi I.
Klub akhirnya mencatatkan gelar pertamanya pada tanggal 23 April 1904, dengan mengalahkan
Bolton Wanderers 1–0 di
Crystal Palace dalam sebuah final turnamen sistem gugur paling bergengsi di sepak bola Inggris, yaitu
Piala FA atau lebih dikenal dengan
FA Cup. Klub nyaris mendapatkan gelar ganda pada tahun 1904 karena mengakhiri liga Divisi I sebagai runner-up pada musim 1903-1904.
Pindah ke Maine Road (1923)
Pada tahun 1920,
Hyde Road menjadi stadion sepakbola pertama di luar London yang dikunjungi oleh raja yang berkuasa.
[11] Pada tanggal 27 Maret 1920 Raja George V hadir di Hyde Road untuk menyaksikan pertandingan antara Manchester City dan
Liverpool.
[12]
Bulan November sebuah kebakaran yang disebabkan oleh rokok
menghancurkan tribun utama dan akhirnya Manchester City mulai mencari
rumah baru. Awalnya diusulkan kemungkinan untuk berbagi Stadion Old
Trafford dengan tetangganya,
Manchester United. Namun sewa yang diusulkan United terlalu mahal, sehingga Hyde Road diperbaiki dan City terus bermain di Hyde Road.
Rencana untuk pindah dari timur Manchester ke selatan Manchester di
Maine Road, Moss Side membuat marah
John Ayrton, Direktur Manchester City saat itu. John akhirnya berpisah dari klub dan mendirikan
Manchester Central F.C., karena merasa harus ada sebuah tim sepak bola dari timur Manchester.
Akhirnya rencana klub untuk pindah ke basis baru di
Maine Road, Moss Side diumumkan pada tahun 1922. Pertandingan terakhir Manchester City di
Hyde Road adalah pertandingan liga melawan
Newcastle United pada
28 April 1923,
dan pada bulan Agustus 1923 menjadi pertandingan sepak bola terakhir
yang diadakan di Hyde Road. Manchester City memulai musim 1923-1924 di
Maine Road, yang saat itu memiliki kapasitas 85.000 dan dijuluki
Wembley of The North.
Setelah itu beberapa bagian dari Hyde Road masih digunakan. Atap stand utama dijual ke Halifax Town, dan didirikan
The Shay Stadium dimana atap stand utama masih digunakan.
[13]
Selama satu dekade, semua jejak sepak bola menghilang dari Hyde Road.
Pada 2008, lokasi bekas lapangan adalah depo bus, sebagai tempat latihan
para supir.
[14]
Tahun 1926 klub mencapai Final Piala FA, dan mencetak 31 gol dalam 5
pertandingan dalam perjalanan ke final. Namun di pertandingan final City
dikalahkan 1–0 oleh Bolton Wanderers. Kekecewaan bertambah, karena di
liga City terdegradasi di akhir musim. Tahun 1928 City menjadi juara
Divisi II dan kembali promosi ke Divisi I.
Periode 1928-1965
Tim Tahun 1930-an
Pada tahun 1930-an City mulai menjadi penantang serius, dalam
berbagai kesempatan di Piala FA. Pada tahun 1930-an City mempunyai
beberapa nama terkenal seperti
Matt Busby yang kemudian menjadi Manager Manchester United,
Frank Swift seorang
penjaga gawang dengan rentang tangan hingga jari mencapai 12
inci, yang masih dianggap sebagai salah satu penjaga gawang terbaik sepanjang masa. Kemudian ada
striker yang sulit dipahami karakternya tapi rawan cedera yaitu
Fred Tilson dan kapten yang sangat berpengaruh yaitu
Sam Cowan.
Di sebuah pertandingan final, sebelum pertandingan pada saat
bersalaman, Sam Cowan memberitahukan kepada Raja dengan mengatakan ,
"Yang Mulia, ini adalah Tilson. Dia hari ini bermain dengan kaki yang
patah".
Cowan menjadi kapten City, menggantikan
Jimmy McMullan. Selama menjadi kapten, City mencapai final Piala FA sebanyak 2 kali. Yang pertama adalah pada tahun 1933, melawan
Everton. Selama pertandingan Cowan sering berhadapan langsung melawan Kapten Everton
Dixie Dean.
Kedua pemain terkenal karena kemampuan mereka dalam menjaga daerahnya.
Matt Busby mengatakan bahwa "Cowan bisa menyundul bola sama jauhnya jika
kita menendang dengan kaki". Tetapi Dean menang dalam pertempuran
udara, mencetak gol kedua Everton dengan sundulan kepala. Kehadiran Dean
memberi Cowan dilema, dia terpecah antara tekad untuk tidak
meninggalkan Dean dan keinginan untuk membantu menyerang ke depan.
Akhirnya Everton menang 3-0.
Tapi pada saat Cowan menerima medali sebagai runner-up dari
Duke of York, ia mengatakan bahwa ia akan kembali tahun depan sebagai pemenang. Sesuai dengan perkataan Cowan, City kembali ke
Wembley
pada tahun berikutnya (1934), dan akhirnya memenangkan Piala FA, Cowan
memenuhi janjinya. Klub mengakhiri liga pada tahun 1930 di posisi
ketiga, dan kalah tipis dari
Arsenal oleh gol Herbert Chapman di menit terakhir pada semi-final Piala FA 1932.
Spesialis Piala FA
Raja George V hadir di
Wembley pada Final
Piala FA 1934 Manchester City vs Portsmouth
City mendapatkan reputasi sebagai spesialis Piala FA pada tahun-tahun itu. Pada tahun 1934, 84.559 pendukung datang memenuhi
Maine Road untuk menyaksikan City melawan
Stoke City di perempat final. Rekor kehadiran tersebut masih bertahan hingga saat ini.
Di final Piala FA 1934, Cowan menjadi pemain pertama dan satu-satunya
pemain City yang tampil di tiga final Piala FA. Dia adalah kapten saat
City menang 2-1 atas
Portsmouth.
Sebagai kapten tim Cowan sangat bertanggung jawab untuk memotivasi
sesama pemain dan menjaga taktik pertandingan. Pada era itu, seorang
kapten dapat seperti manager, yang secara administrasi dapat memberikan
masukan taktik.
Semusim setelah kemenangan Piala FA, klub mengakhiri liga di urutan
keempat pada musim 1934-35 dan gagal memperbaiki rekor Piala FA setelah
kalah 1-0 dari
Tottenham di babak ketiga. Di musim 1935-1936 berikutnya City harus berjuang untuk mengakhiri liga di posisi kesembilan.
Juara Liga Pertama (1937)
City akhirnya merebut gelar juara liga Divisi I pertama mereka pada
tahun 1937 setelah menjadi runner-up dua kali di 1903-04 dan 1920-21,
dan berakhir di tempat ketiga sebanyak tiga kali di 1904-05, 1907-08 dan
1929-30. City keluar sebagai juara dan satu-satunya tim dengan mencetak
lebih dari 100 gol, serta tidak terkalahkan selama 22 pertandingan di
liga.
Juara Bertahan Terdegradasi (1938)
Di musim 1937-1938 berikutnya mereka langsung terdegradasi ke divisi
II, kendati mencetak gol lebih banyak dari tim manapun di liga.
Peristiwa ini dikaitkan dengan
typical City syndrome. City menjadi satu-satunya juara bertahan yang terdegradasi dalam sejarah sepak bola Inggris.
Setelah satu musim di Divisi II, akhirnya liga dihentikan karena
terjadinya Perang Dunia II. Selama periode enam tahun, Liga Perang
diperkenalkan, namun hal ini hanya bertujuan sebagai olahraga hiburan
yang ditujukan untuk memberikan semangat kepada seluruh rakyat di
kota-kota di seluruh Inggris. Beberapa pemain memilih untuk bermain
untuk City selama perang dan beberapa bermain sebagai tamu untuk tim
lain seperti Frank Swift. Sedangkan Jackie Bray bergabung dengan
Angkatan Udara Inggris, Royal Air Force pada tahun 1940 untuk ikut
membantu perang dan dianugerahi Medali Kerajaan Inggris karena
jasa-jasanya selama perang.
20 tahun kemudian, Manchester City yang terinspirasi kan taktik bernama
Revie Plan berhasil masuk final Piala FA 1955. Mereka kalah di final melawan
Newcastle United, tapi tahun berikutnya mereka menjuarai Piala FA dengan mengalahkan
Birmingham
di final 3-1. Partai final tahun 1956 ini termasuk partai final Piala
FA yang dikenang orang banyak karena di pertandingan itu kiper City,
Bert Trautmann, terus bermain walaupun mengalami patah tulang leher.
Setelah itu City tenggelam dan baru muncul ke permukaan saat
Joe Mercer dan
Malcolm Allison ditunjuk untuk menjadi duo manajer klub pada tahun 1965.
Periode 1965-2001
Masa kejayaan (1965-1977)
Pada musim panas tahun 1965, manajemen klub menunjuk
Joe Mercer dan
Malcolm Allison
sebagai manajer dan asisten manajer City. Musim 1965-66 adalah musim
ketiga City bermain di Divisi II (kasta kedua) liga sepak bola Inggris.
Setelah Joe Mercer ditunjuk sebagai manager, mereka membuat pembelian
terpentingnya pada
Mike Summerbee dan
Colin Bell. Musim pertama dibawah asuhan Mercer, klub memenangkan gelar juara Divisi II dan berhak promosi kembali ke Divisi I.
Dua musim berikutnya, musim 1967-1968, Manchester City menjuarai
Divisi I Liga sepak bola Inggris untuk kedua kalinya mengalahkan rival
sekotanya Manchester United yang berada di posisi kedua.
[15]
Mereka memastikan gelar juara pada partai terakhir dengan kemenangan
4–3 di kandang Newcastle. Piala dan prestasi pun kemudian mulai mengalir
datang.
Musim berikutnya 1968-69, mereka memenangkan kembali Piala FA 1969 setelah di final mengalahkan
Leicester City dengan skor 1-0. Setelah memenangkan Piala FA tahun 1969, City berhak tampil di
Piala Winners UEFA
musim berikutnya. Tampil di Piala Winners UEFA musim 1969-70 adalah
kedua kalinya City berlaga di kompetisi Eropa, setelah pada musim
sebelumnya berlaga di
Liga Champions UEFA.
Musim 1969-70, City mencatatkan diri sebagai klub pertama dari
Inggris yang bisa memenangkan dua piala domestik dan Eropa dalam satu
musim.
[16] Pada tahun 1970 City memenangkan
Piala Winners UEFA Eropa untuk pertama kalinya dengan mengalahkan
Górnik Zabrze 2–1 di final. Pada musim yang sama mereka juga memenangkan
Piala Liga dengan mengalahkan
West Bromwich Albion 2-1 di final yang dilangsungkan di Stadion
Wembley.
Setelah itu, sepanjang awal dekade hingga pertengahan dekade 1970-an,
klub terus berusaha untuk meraih prestasi demi pretasi. Pada Piala
Winners UEFA tahun 1971, meraka hanya mencapai semi-final setelah
dikalahkan oleh
Chelsea.
Pada bulan
Oktober 1971 Joe Mercer mengundurkan diri dan digantikan oleh
Malcolm Allison. Dibawah Allison klub kembali mengikuti kejuaraan antar klub eropa pada musim 1972-73 dengan berlaga di
Liga Champions UEFA, walaupun hanya sampai di babak 1. Gelar yang diperoleh pada masa Allison adalah menjadi juara
Charity Shield pada awal musim 1972-73.
Rivalitas dengan klub sekota,
Manchester United,
selalu sengit. Salah satu partai yang banyak dikenang adalah pada
partai terakhir di musim liga 1973–74. Derby panas tak terelakkan
terjadi di
Old Trafford tatkala baik City maupun United harus menang agar bisa selamat dari degradasi. Mantan pemain United,
Denis Law, mencetak satu-satunya gol kemenangan City yang juga otomatis menyebabkan rival sekotanya United, harus degradasi ke divisi 2.
Malcolm Allison mengundurkan diri pada bulan Maret 1973 dan
digantikan oleh Johnny Hart. Hart hanya sebentar menangani klub sebelum
digantikan sementara oleh
Tony Book (kapten City saat itu). Ron Saunders akhirnya menjadi manajer klub pada
November 1973 hingga
April 1974 dan akhirnya diganti kembali oleh mantan kapten klub yaitu
Tony Book.
Dibawah
Tony Book, City kembali menjadi juara
Piala Liga pada tahun
1976 setelah di final mengalahkan
Newcastle United dengan skor 2-1. Pada musim 1976-77 City hampir menjadi juara
Liga Inggris setelah mengakhir liga pada posisi kedua, dengan hanya selisih satu point dari
Liverpool. Pada masa Tony Book, City selalu berlaga di
Liga Champions UEFA selama tiga musim berturut-turut, dari musim 1976-77 hingga 1978-79.
Masa sulit (1982-2001)
Setelah menjadi runner-up pada
Piala FA
tahun 1981, Manchester City tidak menghasilkan gelar penting apapun dan
hanya timbul-tenggelam di Premiership. Mereka hanya promosi ke divisi
utama namun kemudian terdegradasi lagi ke divisi 2.
Musim 1982-83 klub mengakhiri liga di posisi ke-20, sehingga
menyebabkan mereka harus degradasi ke divisi II. Setelah dua musim
bermain di divisi II, musim 1985-86 mereka kembali ke divisi I, tetapi
mereka kembali terdegradasi ke divisi II dua musim kemudian setelah pada
musim 1986-87 mengakhiri liga di posisi ke-21. Musim 1989-90 City
kembali bermain di divisi I, dan sempat bermain stabil dengan selalu
mengakhiri liga di posisi ke-5 dalam dua musim berturut-turut.
Musim 1992-93 dimulai era baru dengan nama
Liga Primer (
bahasa Inggris:
Premier League)
dimana City menjadi salah satu klub pendirinya. Tetapi perjalanan klub
di era Liga Primer tidak berlangsung mulus, bahkan cendrung terus
mengalami penurunan. Puncaknya adalah pada musim 1998-99 mereka
terdegradasi dan harus bermain sampai ke divisi 3 (sekarang bernama:
Football League One). Setelah kedatangan
David Bernstein pada bulan
Maret 1998
sebagai chairman yang baru, City pun mulai berbenah. Beruntung, mereka
hanya satu musim bermain di divisi 3 dan kemudian promosi ke divisi 2
(sekarang bernama:
Football League Championship).
Periode 2001-Sekarang
Pada tahun 2001,
Kevin Keegan ditunjuk untuk menangani
Citizens, pada saat itu City bermain di divisi 2 (
Football League Championship). Dibawah Kevin Keegen mereka berhasil menjuarai
Football League Championship dan mereka pun berhasil promosi ke
Liga Utama Inggris.
Maret 2005 Keegan mundur dan
Stuart Pearce
menggantikannya sebagai caretaker atau manager sementara. Penampilan
City yang cemerlang membuat Pearce diangkat sebagai manager penuh dan
musim 2005-2006 Pearce membawa City menempati urutan ke-6 Liga Utama.
Musim berikutnya penampilan City menurun drastis dan hanya menghuni
papan bawah klasemen walaupun tidak sampai terdegradasi. Pearce akhirnya
dipecat dan digantikan mantan manajer tim nasional Inggris,
Sven-Göran Eriksson.
Pada saat itu Manchester City telah dimiliki oleh miliuner ambisius
yang juga bekas perdana menteri Thailand, Thaksin Shinawatra.
Di bawah Eriksson, City tampil perkasa pada awal kompetisi namun
mulai kehilangan keseimbangan mulai dari pertengahan kompetisi, walaupun
demikian mereka bisa mencapai zona
Piala UEFA berkat penampilan
fair playnya.
Thaksin yang tidak sabaran sudah ingin memecat Eriksson sebelum akhir
kompetisi jika saja tidak ditahan oleh fans Citizen yang merasa Thaksin
terlalu semena-mena dan tidak memperhatikan keinginan fans City.
Pemecatan Eriksson hanya tertunda sebentar dan benar-benar dilakukan
saat akhir kompetisi.
Mark Hughes, manager
Blackburn Rovers dan juga mantan pemain kesayangan klub sekota
Manchester United,
ditunjuk untuk menggantikannya. Dibawah Hughes, City berhasil menempati
posisi Liga Utama Inggris pada musim 2008-09 dan juga berhasil menembus
babak perempat-final
Piala UEFA. Hughes hanya bertahan hingga setengah musim 2009–10, ia digantikan oleh
Roberto Mancini.
Era Roberto Mancini (2009-2013)
Dibawah Mancini, City berhasil menempati posisi kelima pada Liga
Utama Inggris musim 2009–10. Musim berikutnya, City berhasil menjuarai
Piala FA setelah mengalahkan
Stoke City 1–0 dan berhasil menempati posisi ketiga pada Liga Utama, hanya perbedaan selisih gol saja yang membuat City gagal menggusur
Chelsea dari peringkat kedua.
Musim 2011–12 menandai keberhasilan klub menyudahi 44 tahun puasa
gelar juara Liga (terakhir pada tahun 1968) dalam kompetisi yang ketat
dengan Manchester United. Manchester City berhasil menjadi juara dengan
perbedaan selisih gol yang lebih baik.
Kepemilikan
Pada
22 Juni 2007 Dewan Klub menyetujui penawaran sebesar 81,6 juta poundsterling oleh milyarder
Thailand yang juga mantan
Perdana Menteri Thailand untuk membeli City.
[17] Akhirnya pada
6 Juli 2007 Thaksin Shinawatra resmi memiliki klub dengan menguasai 75% saham City
[18], sehingga klub ini menjadi salah satu klub Inggris yang dimiliki oleh pihak asing.
Pada saat Hughes naik menjadi manajer klub, sebetulnya harta Thaksin
sudah di ujung tanduk pembekuan karena tuduhan korupsi selama berkuasa
sebagai perdana menteri di
Thailand.
Thaksin mengerti bahwa posisinya sudah tidak memungkinkan lagi untuk
terus mendanai klub. Akhirnya pada tanggal 23 September 2008
Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan pemilik
Abu Dhabi United Group resmi memiliki klub, setelah membelinya dari
Thaksin Shinawatra senilai 200 juta poundsterling.
[19]
Hanya beberapa hari setelah kepastian kepemilikannya atas Manchester
City, ia langsung membuat rekor pembelian pemain termahal Inggris dengan
pembelian Robinho dari Real Madrid. Rekor harga 32,5 juta pounds itu
melampaui harga 28 juta pounds yang ditawarkan Chelsea atas pemain
Brazil tersebut.
Warna dan lambang klub
Warna klub
Seragam kandang Manchester City adalah Biru Langit dan celana Putih.
Sejak musim 2011-2012 seragam kandang city baik kaus dan celana
mengunakan warna yang sama yaitu biru langit. Asal-usul warna seragam
kandang klub tidak jelas, tetapi ada bukti bahwa klub telah menggunakan
biru langit sejak 1892 atau sebelumnya.
Sementara itu seragam tandang adalah Merah Marun, atau merah (sejak
tahun 1960-an) dan Celana Hitam. Namun dalam beberapa tahun terakhir,
beberapa warna yang berbeda telah digunakan. Sebuah brosur yang berjudul
Famous Football Clubs - Manchester City diterbitkan pada 1940-an
menunjukkan bahwa West Gorton (St. Marks) semula bermain dengan seragam
merah dan hitam. Dari laporan yang berasal dari tahun 1884
menggambarkan tim mengenakan kaus hitam membawa salib putih, yang
menunjukkan asal klub sebagai sisi gereja.
Ide untuk menggunakan kaus merah dan hitam datang dari mantan asisten
manajer Malcolm Allison, yang percaya bahwa dengan mengadopsi warna
AC Milan akan mengilhami City untuk mencapai kejayaan.
Lambang
Lambang Manchester City tahun 1960an
Lambang klub saat ini mulai digunakan pada tahun 1997, dikarenakan
bahwa lambang sebelumnya tidak memenuhi syarat untuk didaftarkan sebagai
merek dagang. Lencana tersebut didasarkan pada lengan kota Manchester,
dan terdiri dari sebuah perisai di depan sebuah elang emas. Fitur
perisai kapal pada setengah bagian atas menggambarkan Kanal Kapal
Manchester, dan tiga garis-garis diagonal di bagian bawah, menggambarkan
kota tiga sungai. Bagian bawah terdapat pita dengan sebuah kata
Superbia in Praelio, yang artinya dalam
Bahasa Latin adalah
Kebanggaan di Pertempuran atau dalam
Bahasa Inggris Pride in The Battle. Di atas elang ada tiga bintang tiga, yang murni hanya sebagai dekorasi.
City sebelumnya sudah mempunyai 2 lambang, yang mulai digunakan sejak
tahun 1960an dan mulai tahun 1972 sampai dengan tahun 1997. Tapi
lambang tersebut tidak digunakan lagi karena tidak memenuhi syarat untuk
didaftarkan sebagai merek dagang.
Lambang Manchester City dari tahun 1972-1997
Akan tetapi, pada kesempatan saat City bertanding di final
Piala FA, lambang tersebut tidak gunakan. City menggunakan lambang Kota
Manchester
pada kausnya sebagai simbol kebanggaan dari kota Manchester pada
acara-acara besar. Praktek ini dilakukan karena sebelum tahun 1960an,
seragam City tidak menggunakan lambang apapun, sehingga untuk melengkapi
sejarah klub digunakanlah Lambang Kota
Manchester tersebut.
[20]
Lambang Kota Manchester mulai digunakan City pada partai Final
Piala FA 1926 hingga partai Final
Piala FA 1981 dimana pada saat keduanya tersebut City menjadi runner-up. Pada final
Piala FA 2011,
City menggunakan kembali lambang biasanya dengan legenda khusus, tetapi
Lambang Kota Manchester dimasukkan sebagai logo monokrom kecil di nomor
di bagian belakang kaos pemain.
[21]